Akhirnya Aku Tahu

Berpikir Analitis dan Berpikir Kritis

Administrator
Administrator · 10 min read
Berpikir Analitis dan Berpikir Kritis

Mungkin bagi anda yang suka baca berbagai jenis buku pernah membaca buku dan menemukan sebagian isinya kira-kira seperti cuplikan berikut:

Manusia secara raga, jasad fisik maupun naluri aslinya tidaklah jauh berbeda dengan binatang, katakanlah itu organ tubuhnya, perilaku dan nafsunya tidak jauh berbeda dengan binatang. Tetapi dalam perjalanan evolusi manusia dapat bertahan bukan karena kemampuan organ tubuhnya saja, lebih utama adalah karena kemampuan akal dan pikirannya. Sehingga evolusi tidak membuat manusia bercakar atau mempunyai gigi setajam gigi predator, tidak juga bercula atau pun bertanduk. Karenanya dikenal juga istilah bahwa manusia adalah binatang yang berpikir.

Dengan akal pikirannya manusia menciptakan teknologi, seni dan peradaban, dari naluri sebagai mahluk sosial serta dengan akal pikirannya manusia dapat membuat aturan yang mengatur diri sendiri serta interaksi sosial sesama manusia supaya mereka tidak saling membahayakan dan terlindungi haknya, dan memberikan sanksi terhadap pelanggarnya, kemudian terciptalah hukum/norma kemasyarakatan yang mewakili kepentingan seluruh anggota komunitas, yang di zaman kuno praktiknya masih tercampur atau berdasar pada budaya kepercayaan animisme, penyembahan kepada kekuatan alam atau eksistensi abstrak lainnya.

Pikiran itu “LIAR”

Sebenarnya ketika kita berpikir maka pikiran kita dapat bergerak kemana saja sesuai batas-batas atau bahkan tanpa batasan, karenanya dari hasil pemikiran tersebut manusia bisa menciptakan karya fiksi atau bisa menciptakan karya seni, menciptakan bentuk-bentuk abstrak, bisa menggambarkan mahkluk imajiner seperti malaikat bersayap, iblis yang bertanduk, bisa menggambarkan keindahan yang tiada tara atau kengerian yang dahsyat, menghayalkan surga dan neraka dan banyak lagi.

Proses pikiran yang “liar” (mohon jangan diartikan “liar” dalam arti sempit) karena pikiran bisa bergerak kemana saja, kemampuan berimajinasi membuat manusia mampu menciptakan realita, menjangkau dari yang awalnya tidak mungkin menjadi nyata. Dari manusia hanya sebagai binatang berpikir menjadi manusia sebagai pemimpin peradaban di muka bumi, bahkan mampu menelusuri asal-usul jagat raya yang ditempatinya. Liarnya alam pikiran akan menemukan arah yang benar dengan adanya mindset yang benar.

Apa itu Mindset?

Mindset atau pola pikir merupakan kata benda yang mempunyai arti:

  1. Sikap mental yang menetap atau disposisi yang menjadi awal penentuan respon dan interpretasi seseorang terhadap suatu situasi.
  2. Sebuah kecenderungan atau kebiasaan (dalam menyikapi) suatu situasi.
  3. Cara berpikir; pendapat atau sikap; khususnya yang menjadi terbiasa.
  4. Kebiasaan atau karakteristik dari sikap mental yang menentukan bagaimana anda menginterpretasikan dan merespon pada suatu situasi atau ide.

Sebuah mindset merupakan asumsi umum atau sikap mental yang mempunyai pengaruh besar pada proses dan perilaku berpikir. Dapat dilihat sebagai karakter berpikir yang memiliki kecenderungan terhadap sesuatu. Lebih jauhnya jika mindset dapat melahirkan pendapat dan kesimpulan yang akhirnya mempengaruhi tindakan.

Anda mungkin menemukan contoh bagaimana mindset anak-anak di zona perang seperti afganistan atau wilayah konflik lainnya di Timur Tengah, katakan misalnya Palestina, mereka yang telah kehilangan orang tuanya karena korban perang, sengketa wilayah dengan Israel misalnya, maka tidaklah menunggu untuk dewasa, mereka sudah berpikir bahwa mereka harus berjuang, memanggul senjata, menyerang musuh dan terlibat konflik, yang kadang bahkan mungkin mereka tak mengerti asal-usulnya.

An image in webp format
Palestinian teenager has been under arrest by IDF for allegedly throwing rocks at Israeli vehicles in the West Bank. 2013
The Times of Israel

Mindset seseorang cenderung menetap walau sebenarnya bisa berubah, bisa tergantung mood, bisa tegantung tekanan situasi atau faktor pendukung lainnya, misal sosial ekonomi.

Pada dasarnya seseorang dapat berusaha untuk merubah mindsetnya sebagai bentuk usaha memperbaiki perilaku dan kepribadian. Misalnya seseorang yang terpilih sebagai pemimpin dari suatu proses demokrasi maka mindsetnya harus berubah dari batas-batas pola pikir golongan atau ego kelompoknya menjadi mindset pemimpin yang juga bukan hanya untuk golongan/kelompoknya tapi juga untuk kelompok lain yang lebih beragam.

Contoh Macam-macam Pola Pikir

Berbagai jenis contoh pola pikir yang umum dan cenderung menjadi karakter:

  1. Pola pikir yang tetap: keyakinan bahwa bakat dan kemampuan adalah bawaan dan hadiah dari Tuhan, sehingga ketika bertemu kegagalan berarti mundur.
  2. Pola pikir pertumbuhan: keyakinan bahwa bakat diperoleh dengan usaha dan ketahanan sehingga kegagalan adalah bagian dari pembelajaran.
  3. Pola pikir kelangkaan: pandangan bahwa ada sumberdaya tetap, sehingga anda tidak mendapat sesuatu jika tidak mengambil sesuatu dari orang lain. Memandang masalah hanya memiliki solusi tunggal, dan seringkali suram.
  4. Mentalitas kelimpahan: pandangan bahwa ada sumbersaya yang melimpah, memiliki keyakinan bahwa semua masalah dapat diselesaikan, nilai dapat diciptakan tanpa mengambil dari orang lain.
  5. Pola pikir produktif: keyakinan bahwa bekerja untuk menjadi produktif, dan bahwa produktivitas akan berharga.
  6. Pola pikir politik: keyakinan bahwa bekerja adalah tentang memenangkan pertempuran politik dan untuk mengumpulkan modal politik.
  7. Pola pikir sama-sama menang: Pola pikir (win-win) yang mempunyai pandangan bahwa kita semua bisa maju bersama, dengan pendekatan yang saling menguntungkan.
  8. Pola pikir menang kalah: pola pikir menang kalah adalah perasaan bahwa hidup adalah tentang bagaimana menjadi menang dengan mengorbankan orang lain.
  9. Kenegatifan: berfokus pada hal negatif, melebih-lebihkan resiko dan meremehkan peluang.
  10. Kepositifan: berfokus pada hal positif dan potensi dalam setiap situasi.
  11. Altruisme: berpikir tentang bagaimana yang anda berikan bukan yang anda dapatkan.
  12. Mentalitas Korban: memandang diri anda seakan-akan anda sebagai korban, dimana anda merasakan kepahitan atas kemalangan kecil, hinaan atau apapun yang tidak sesuai dengan harapan anda. Tidak boleh disamakan dengan korban seperti misalnya korban bencana alam.
  13. Mentalitas Stoa: keyakinan bahwa kemalangan atau pun keberuntungan tidak relevan dengan kebahagiaan, karena hanya tanggapan kebajikan anda terhadap masing-masing situasi yang menentukan hidup anda.
  14. Pola pikir kemerdekaan: menghargai kebebasan anda dan menghormati kebebasan orang lain.
  15. Pola pikir kekuasaan: pandangan bahwa dunia harus benar-benar sesuai aturan, dan ketidaksukaan yang parah terhadap kebebasan. Berhubungan dengan kekuasaan/pemimpin otoriter.
  16. Mengambil resiko: seseorang yang bersedia mengambil resiko yang diperhitungkan untuk mencari peluang dalam setiap situasi.
  17. Menghindari resiko: seseorang individu yang memandang bahwa semua resiko adalah kebodohan, hanya menerima keadaan biasa-biasa saja, dan menganggap pengambilan resiko harus dicegah.
  18. Rentan: Pandangan bahwa apapun yang tidak membunuhmu membuatmu lemah. Misalya pandangan bahwa peristiwa kemalangan pasti membuat trauma bertahun-tahun
  19. Anti rapuh: Pandangan bahwa apapun yang tidak membunuhmu membuatmu lebih kuat. Misalnya pandangan bahwa kemalangan dan kegagalan adalah dasar untuk belajar dan berkembang.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh pola pikir baik yang positif maupun kebalikannya, negatif. Untuk bisa berusaha merubah pola pikir sebagai perbaikan diri, maka kita juga harus mengerti bagaimana berpikir.

Apa Sebenarnya Itu Berpikir?

Berpikir merupakan proses yang menggunakan akal pikiran untuk mempertimbangkan sesuatu, atau untuk memecahkan suatu masalah, prosesnya melibatkan pertimbangan berbagai aspek dari situasi atau ide yang terjadi atau dihadapi, dan akhirnya terbentuklah pendapat lalu kesimpulan.

Seperti pendapat di atas bahwa pikiran manusia itu “liar” maka kita harus mempunyai pola pikir yang tepat yang jika diwujudkan bukan hanya menguntungkan untuk kita tetapi juga tidak merugikan dan membuat kerusakan untuk orang lain. Ada berbagai jenis berpikir, dari sekian banyak yang akan kita bahas bersama dan sangat penting adalah berpikir kritis dan berpikir analitis.

Berpikir Analitis dan Kritis

Beberapa orang berasumsi bahwa pemikiran analitis dan pemikiran kritis adalah satu dalam hal yang sama. Namun, itu salah. Meskipun ada kesamaan, ada perbedaan yang berbeda antara keduanya.

Apa itu berpikir analitis?

Berpikir analitis merupakan kemampuan untuk memisahkan permasalahan atau ide yang rumit menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang lebih mudah diolah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai permasalahan atau ide tersebut. Hal tersebut memerlukan pemikiran dan logika (nalar) untuk mengevaluasi informasi dan selanjutnya menarik kesimpulan.

Dengan kata lain, berpikir analitis adalah proses mental untuk memecah informasi yang kompleks atau data komprehensif menjadi bagian-bagian mendasar atau prinsip-prinsip dasar.

Orang yang biasa berpikir analitis bisa dikatakan mempunyai keahlian analitis, misalnya jika anda mempunyai gelar master dalam bidang peradilan pidana yang dapat memperbaiki keterampilan analitis yang akan membantu anda mengajukan dan memahami pertanyaan yang tepat. Eksplorasi ini akan membantu anda menjadi lebih akrab dengan masalah moral dan etika, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, menjadi lebih bertanggung jawab secara pribadi, memahami apaya dinamakan “paksaan” dalam peradilan pidana dan mengembangkan “seluruh penglihatan” (berpikir dan bekerja menuju kebaikan bersama). anda dapat mengembangkan pertanyaan yang melebihi pemikiran standar, yang dapat memungkinkan anda untuk memecahkan masalah orang lain yang sulit.

Apa itu berpikir kritis?

Berpikir kritis merupakan kemampuan menganalisa informasi secara objektif, dan membuat penilaian yang beralasan. Hal tersebut melibatkan proses observasi/pengamatan pada permasalahan dengan cara yang sitematis dan logis dalam rangka mendapatkan solusi yang terbaik. Berpikir kritis juga melibatkan kemampuan mengenali (identifikasi), menganalisa, mengevaluasi argumen-argumen, serta mengenali kelemahannya atau kekurangannya dalam penalaran (logika).

Dengan kata lain, berpikir kritis adalah proses mental dari mengevaluasi informasi dengan cermat dan hati-hati dan menentukan bagaimana menafsirkannya untuk membuat penilaian yang baik.

Sebagai contoh, seorang petugas polisi menghadapi banyak masalah setiap hari dalam hidup mereka. Di tengah semua ini, mereka diharapkan tetap memiliki pikiran terbuka, tidak memihak, dan dengan keterampilan interpersonal dan komunikasi yang sangat baik. Dalam peradilan pidana, petugas polisi juga menggunakan keterampilan berpikir kritis ketika menentukan apakah suatu undang-undang telah dilanggar atau tidak, tanggapan dan jika diperlukan penangkapan. Demikian pula, detektif dan peneliti menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam mengumpulkan bukti, menentukan tersangka, dan menyelesaikan kasus kriminal (Albanese, 2006)1.

Etika berkorelasi dengan peradilan pidana karena menentukan apa yang salah dan apa yang benar. Pikiran terbuka dan pertimbangan kritis ketika membuat keputusan membuat seseorang berdamai dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, etika, pemikiran kritis, dan perilaku terkait dengan peradilan pidana ketika melaksanakan keputusan dalam tiga bagian peradilan pidana. Program penegakan hukum, ajudikasi, dan pemasyarakatan harus memiliki pertimbangan etis dan keterampilan berpikir kritis untuk menyelidiki, memperdebatkan kasus mereka, dan menetapkan langkah-langkah pemasyarakatan di penjara dan Administrasi Peradilan Pidana secara umum. Dengan demikian, etika, pemikiran kritis, dan perilaku memiliki hubungan dan dampak pada sistem peradilan pidana (Albanese, 2008)2.

An image in webp format
Case Closed, also known as Detective Conan, is a Japanese detective manga series written and illustrated by Gosho Aoyama.
FanPop

Ya, memang lebih mudah mencontohkan pemikiran analitis dan pemikiran kritis di bidang penegakan dan pengadilan hukum pidana, misalnya penyelesaian kasus-kasus kriminal. Jika anda menyukai serial Detective Conan tentu tak asing lagi dengan cara-cara pemecahan kasus-kasus kejahatan dari hasil pemikiran analitis dan kritis.

Hubungan Berpikir Analitis dan Berpikir Kritis?

Singkatnya, hubungan berpikir analitis dan berpikir kritis adalah, pemikiran analitis merupakan jenis pemecahan masalah yang melibatkan pemisahan masalah yang kompleks dan rumit menjadi bagian-bagian yang kecil dan mendasar dalam rangka memahaminya. Sedangkan berpikir kritis adalah proses menganalisa secara objektif sebuah situasi dan membuat pemberitahuan keputusan berdasarkan fakta dan logika. Berpikir analatis sering digunakan sebagai alat dalam mendukung proses berpikir kritis, karena memungkinkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh dari masalah masalah.

Perbedaan mendasar antara pemikiran analitis dan pemikiran kritis adalah pemikiran analitis melibatkan penguraian informasi kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sementara pemikiran kritis melibatkan pertimbangan pengetahuan luar saat mengevaluasi informasi. Pada dasarnya, pemikiran analitis berusaha untuk meninjau dan memecah informasi yang dikumpulkan sementara berpikir kritis mencari untuk membuat penilaian holistik menggunakan berbagai sumber informasi termasuk pengetahuan seseorang yang ada.

Pemikiran analitis adalah perincian informasi yang lebih linier dan selangkah demi selangkah. Di sisi lain, berpikir kritis lebih holistik karena berupaya menilai, mempertanyakan, memverifikasi, menyimpulkan, menafsirkan, dan merumuskan.

Berpikir analitis dapat dianggap sebagai langkah dalam proses berpikir kritis. Ketika anda memiliki masalah yang kompleks untuk dipecahkan, anda ingin menggunakan keterampilan analitis anda sebelum keterampilan berpikir kritis anda. Pemikiran kritis memang melibatkan penguraian informasi menjadi beberapa bagian dan menganalisis bagian-bagian secara logis, langkah demi langkah. Namun, ini juga melibatkan pengambilan informasi lain untuk membuat penilaian atau merumuskan solusi inovatif.

An image in webp format
Berpikir analitis sering digunakan sebagai alat dalam mendukung proses berpikir kritis

Selain itu, dengan pemikiran analitis, anda menggunakan fakta dalam informasi yang dikumpulkan untuk mendukung kesimpulan anda. Sebaliknya, dengan berpikir kritis, anda membuat penilaian berdasarkan pendapat anda yang dibentuk dengan mengevaluasi berbagai sumber informasi termasuk milik anda sendiri pengetahuan dan pengalaman.

Tahapan Berpikir Analitis

Pemikiran analitis dimulai dengan mengumpulkan semua informasi yang relevan. anda kemudian memecah data yang besar dan kompleks menjadi ukuran yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. anda kemudian memeriksa setiap sub-bagian untuk memahami komponen dan hubungannya dengan data yang lebih besar dan lebih kompleks. anda membandingkan kumpulan data dari sumber yang berbeda dengan melihat informasi melalui sudut pandang yang berbeda dengan tujuan untuk memahami bagaimana informasi tersebut terhubung ke informasi lain. anda mencari pola, tren, dan sebab akibat. Akhirnya, anda menarik kesimpulan yang sesuai dari informasi untuk sampai pada solusi yang tepat.

Berpikir analitis meliputi tahapan sebagai berikut:

  1. Mengumpulkan informasi yang relevan
  2. Berfokus pada fakta dan bukti
  3. Meneliti potongan data atau informasi
  4. Mengidentifikasi isu-isu kunci
  5. Menggunakan logika dan penalaran untuk memproses informasi
  6. Memisahkan informasi yang lebih kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana
  7. Membagi-bagi informasi menjadi ukuran yang dapat dikelola
  8. Menemukan pola dan mengenali tren
  9. Identifikasi sebab dan akibat
  10. Memahami koneksi dan hubungan
  11. Menghilangkan informasi yang tak dikenali/asing
  12. Pengorganisasian Informasi
  13. Menarik kesimpulan yang tepat

Langkah-langkah Berpikir Kritis

Berpikir kritis melibatkan pengumpulan semua informasi yang relevan, kemudian mengevaluasi informasi untuk menentukan bagaimana sebaiknya ditafsirkan. anda mengevaluasi informasi dengan mengajukan pertanyaan, menilai nilai, dan membuat kesimpulan. anda kemudian merumuskan ide dan teori berdasarkan evaluasi. anda mempertimbangkan informasi dari luar daripada berpegang teguh pada informasi yang disajikan. anda kemudian mempertimbangkan kemungkinan alternatif sebelumnya mencapai kesimpulan yang beralasan. Terakhir, anda menguji kesimpulan anda dalam upaya memverifikasi apakah bukti mendukung kesimpulan anda dan membuat penilaian anda.

Berpikir kritis melibatkan:

  1. Mengumpulkan informasi yang relevan
  2. Mengevaluasi informasi
  3. Mengajukan pertanyaan
  4. Menilai asumsi yang bias atau tidak berdasar
  5. Membuat kesimpulan dari informasi dan mengisi kekosongan
  6. Menggunakan ide-ide abstrak untuk menafsirkan informasi
  7. Merumuskan ide
  8. Menimbang pendapat
  9. Mencapai kesimpulan yang beralasan
  10. Mempertimbangkan kemungkinan alternatif
  11. Menguji kesimpulan
  12. Memverifikasi apakah bukti/argumen mendukung kesimpulan

  1. Albanese, J. S. (2006) Professional ethics in criminal justice. Boston: Pearson Education Amatea, E.(1986). Family therapist trainee rating scale. Unpublished manuscript. Andersen. ↩︎

  2. Albanese, J. S. (2008) Criminal Justice. Pearson/Allyn and Bacon. ↩︎

  • ...
  • ...
  • share to:
Mungkin Anda Suka

Posting Terkait

Kisah Kecil: Lubang Cacing [fiksi] Melampaui Langit |

Kisah Kecil: Lubang Cacing [fiksi]

Pemandangan di hadapanku cukup mempesona namun melankolis; Tanda plang neon usang masih setengah menyala berdengung hingga larut malam di atas toko serba ada yang diterlantarkan. Ketika saya berjalan …

Pelarian Terbesar Menyelami Masa Lalu |

Pelarian Terbesar

Misteri Pembobolan Penjara Alcatraz

Alcatraz, juga dikenal sebagai “The Rock”, adalah penjara federal dengan keamanan maksimum yang terletak di sebuah pulau di Teluk San Francisco, California, AS. Penjara beroperasi dari …