Ungkapan “dengan kekuatan besar datang tanggung jawab besar” telah melampaui asal-usulnya dalam pengetahuan buku komik untuk menjadi sepotong kebijaksanaan abadi, pengingat bahwa mereka yang menggunakan kekuatan harus melakukannya dengan hati-hati dan perhatian. Sementara awalnya dipopulerkan dalam seri Spider-Man oleh Paman Ben, pesan di balik frasa ini secara universal berlaku, terutama dalam bidang politik, masyarakat, dan pemerintahan.
Di dunia saat ini, kebenaran pepatah ini tampaknya lebih relevan dari sebelumnya, sebagai struktur kekuasaan — apakah politik, ekonomi, atau sosial — terus berupaya untuk mengembangkan dan membentuk kehidupan miliaran. Tetapi dalam iklim global kita saat ini, seberapa baik kekuatan ini dimiliki? Apakah mereka yang memiliki pengaruh paling besar menegakkan tanggung jawab mereka, atau apakah mereka menjadi buta oleh otoritas mereka sendiri?
Sifat kekuatan di dunia modern
Kekuasaan, dalam bentuknya yang paling sederhana, adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau mengendalikan tindakan orang lain. Ini dapat ditemukan di banyak tempat: di pemerintahan, perusahaan, media, dan bahkan gerakan sosial. Dengan munculnya teknologi, terutama media sosial, dinamika kekuatan telah bergeser secara dramatis, memungkinkan individu dan kelompok untuk memberikan pengaruh seperti sebelumnya. Sementara demokratisasi kekuasaan ini merupakan perkembangan positif dalam banyak hal, ini juga telah menyebabkan redefinisi tanggung jawab — terutama di antara mereka yang memiliki pengaruh signifikan atas opini publik, kebijakan, dan ekonomi global.
Kebenaran utama dari frasa ini adalah bahwa kekuatan itu sendiri tidak secara inheren baik atau jahat; Sebaliknya, itu adalah cara daya digunakan yang mendefinisikan dampaknya. Di dunia saat ini, konsekuensi dari bagaimana kekuasaan dipegang dapat jauh jangkauannya, mempengaruhi segala sesuatu mulai dari keamanan nasional hingga kesehatan masyarakat, stabilitas ekonomi, dan keadilan sosial. Ini membuat tanggung jawab yang menyertai kekuasaan semakin mendesak.
Kekuatan Politik: Tanggung Jawab Pemerintahan
Di tingkat politik, para pemimpin sering dihadapkan dengan dilema menyeimbangkan kepentingan pribadi atau partai mereka dengan kesejahteraan warga negara mereka. Gagasan “tanggung jawab besar” menjadi sangat penting ketika memeriksa tata kelola modern. Sejarah penuh dengan contoh-contoh pemimpin yang telah mengabaikan tanggung jawab ini, menggunakan kekuatan mereka untuk keuntungan pribadi atau untuk menekan perbedaan pendapat. Hasilnya sering kali berbahaya: rezim korup, ketidaksetaraan yang meluas, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Ambil, misalnya, kasus para pemimpin otoriter yang naik ke kekuasaan di daerah yang tidak stabil secara demokratis. Banyak dari para pemimpin ini memulai masa jabatan mereka dengan janji-janji perubahan, sering memanfaatkan ketidakpuasan publik atau krisis nasional untuk membeli pemilih dalam rangka merebut kekuasaan. Tetapi begitu terkendali, mereka dengan cepat meninggalkan prinsip-prinsip yang mereka klaim untuk ditegakkan. Alih-alih melayani rakyat, mereka memusatkan kekuatan di tangan mereka sendiri, membungkam oposisi, mengekang kebebasan pers, dan menghambat lembaga-lembaga demokratis. Dalam kasus ini, para pemimpin jelas gagal memenuhi tanggung jawab yang diminta oleh posisi mereka.
Salah satu contoh yang jelas adalah Rusia Vladimir Putin, di mana kekuasaan telah dikonsolidasikan oleh elit kecil, dengan sedikit memperhatikan prinsip-prinsip demokratis atau kesejahteraan publik sebagai bumbu. Invasi Ukraina, misalnya, adalah tindakan yang tidak hanya mengabaikan hukum internasional tetapi juga menyebabkan hilangnya nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan destabilisasi seluruh wilayah. Dalam konteks ini, tindakan Putin sangat kontras dengan pesan inti dari tanggung jawab yang harus menyertai kekuatan politik.
Namun, tidak semua kekuatan politik gagal memenuhi tanggung jawabnya. Para pemimpin seperti Nelson Mandela di Afrika Selatan atau Jacinda Ardern di Selandia Baru Berdiri berbeda dengan tokoh otoriter, menunjukkan bagaimana kekuasaan dapat digunakan secara bertanggung jawab. Kepemimpinan Mandela tidak hanya mengakhiri apartheid tetapi juga membantu membangun Afrika Selatan yang demokratis yang menekankan rekonsiliasi dan pembangunan bangsa. Penanganan Ardern terhadap pandemi Covid-19, meskipun bukan tanpa tantangannya, sebagian besar didefinisikan oleh pendekatan yang penuh kasih dan transparan, memprioritaskan kesehatan masyarakat dan kesetaraan.
Kekuatan perusahaan: Akuntabilitas di sektor swasta
Di dunia perusahaan, kekuasaan sering terikat pada kekayaan, dan tanggung jawab yang menyertai itu sama pentingnya, jika tidak lebih. Pengaruh perusahaan multinasional sangat mengejutkan. Perusahaan seperti Amazon, Google, dan Tesla telah menjadi sangat besar sehingga keputusan mereka membentuk seluruh industri, ekonomi, dan bahkan kehidupan sehari-hari milyaran orang. Perusahaan-perusahaan ini memiliki kekuatan besar, bukan hanya karena ukuran ekonomi mereka, tetapi juga karena kemampuan mereka untuk mempengaruhi opini dan kebijakan publik.
Namun, kekuatan besar yang dipegang oleh perusahaan-perusahaan ini sering kali datang dengan kurangnya akuntabilitas. Amazon, misalnya, telah dikritik karena mengeksploitasi para pekerjanya, terutama karyawan gudang yang menghadapi berjam-jam kondisi kerja yang buruk, dan upah rendah. Perusahaan juga dituduh merusak usaha kecil dan memonopoli pasar. Sementara para pendiri dan eksekutif Amazon mengumpulkan kekayaan yang sangat besar, tanggung jawab yang mereka miliki terhadap karyawan mereka dan masyarakat yang lebih luas sering absen dalam mendukung pertumbuhan dan maksimalisasi keuntungan.
Kurangnya akuntabilitas ini tidak aneh untuk Amazon. Banyak perusahaan teknologi besar, terlepas dari pengaruh masyarakat mereka, telah menghadapi kritik yang signifikan atas peran mereka dalam melanggengkan informasi yang salah, menumbuhkan kecanduan digital, atau menyerang privasi pribadi. Cambridge Analytica Skandal yang melibatkan Facebook (sekarang Meta) adalah contoh utama bagaimana kekuatan perusahaan dapat disalahgunakan dengan cara yang merusak proses demokratis, menyebarkan disinformasi dan memanipulasi perilaku pemilih.
Di sisi lain, ada perusahaan yang mewujudkan pendekatan kekuasaan yang lebih bertanggung jawab. Patagonia, misalnya, telah menjadi pemimpin dalam tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), menunjukkan bagaimana perusahaan dapat menyeimbangkan keuntungan dengan keberlanjutan lingkungan. Perusahaan menyumbangkan sebagian dari keuntungannya untuk tujuan lingkungan, advokat untuk praktik tenaga kerja etis, dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi jejak karbonnya. Tindakan Patagonia menunjukkan bahwa bisnis juga dapat menggunakan kekuatan mereka secara bertanggung jawab, menjaga kesejahteraan planet dan masyarakat.
Kekuatan Media Sosial: Pedang Bermata Ganda
Di era digital, platform media sosial seperti Twitter (sekarang X), Instagram, dan Tiktok telah menjadi sumber pengaruh utama. Individu dapat mengumpulkan jutaan pengikut, dan mereka dapat menjangkau khalayak global dalam hitungan detik. Tetapi dengan kekuatan besar ini muncul banyak tanggung jawab — terutama ketika datang untuk membentuk wacana publik.
Munculnya influencer dan kepribadian media sosial telah menciptakan bentuk kekuasaan baru (netizen), di mana individu dapat memengaruhi segala sesuatu mulai dari kebiasaan konsumen hingga pendapat politik. Namun, tanggung jawab yang menyertai kekuatan ini sering diabaikan. Informasi yang salah menyebar dengan mudah di media sosial, dan garis antara fakta dan opini dapat menjadi kabur. Misalnya, selama Pandemi covid-19, ada lonjakan informasi kesehatan yang sesat yang tersebar di seluruh platform, yang mengarah pada kebingungan, ketakutan, dan dalam beberapa kasus, perilaku berbahaya.
Selain itu, media sosial telah dikritik karena perannya dalam memperburuk masalah kesehatan mental, terutama di kalangan kaum muda. Tekanan konstan untuk menyajikan gambar online yang sempurna dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan rasa kenyataan yang terdistorsi. Platform lambat untuk mengatasi masalah ini, menunjukkan bahwa mereka mungkin lebih fokus pada margin keuntungan mereka daripada pada kesejahteraan pengguna mereka. Dalam hal ini, raksasa media sosial jelas gagal memenuhi tanggung jawab yang datang dengan kekuatan mereka yang besar.
Namun, ada juga contoh pengaruh media sosial yang positif. Kampanye seperti #Metoo dan #BlackLivesMatter telah memanfaatkan kekuatan media sosial untuk membawa perhatian pada masalah sosial yang kritis, menantang sistem yang menindas, dan memobilisasi jutaan orang menuju aksi kolektif. Gerakan-gerakan ini menunjukkan potensi media sosial menjadi kekuatan untuk kebaikan ketika digunakan secara bertanggung jawab.
Moral Imperative: Menggunakan Kekuatan untuk Kebaikan
Inti dari frasa “dengan kekuatan besar datang tanggung jawab besar” terletak pada keharusan moralnya. Ia meminta mereka yang berkuasa — apakah politisi, CEO, atau influencer media sosial — untuk mempertimbangkan dampak tindakan mereka pada orang lain. Kekuatan tidak boleh digunakan untuk mengeksploitasi atau membahayakan, tetapi untuk membangun, melindungi, dan meningkatkan.
Di dunia di mana kekuasaan semakin terkonsentrasi di tangan beberapa orang, sangat penting bagi mereka yang memegang tanggung jawab mereka terhadap kebaikan bersama. Kami membutuhkan pemimpin, bisnis, dan individu yang bersedia membuat keputusan yang sulit, memprioritaskan orang daripada keuntungan, dan bertindak dengan integritas dalam menghadapi godaan. Dunia membutuhkan lebih banyak politisi seperti Angela Merkel, yang, selama masa jabatannya sebagai Kanselir Jerman, sering menekankan pragmatisme dan pengambilan keputusan etis, atau perusahaan seperti Ben & Jerry’s, yang secara konsisten mengadvokasi secara konsisten untuk Keadilan Sosial dan Lingkungan.
Pada akhirnya, frasa ini berfungsi sebagai pengingat bahwa ukuran kekuatan sejati tidak dalam jumlah yang dipegang, tetapi dalam cara digunakan. Kekuasaan dapat meningkatkan masyarakat atau memisahkannya — terserah mereka yang menggunakannya untuk memutuskan jalan mana yang akan mereka ambil.
Eksplorasi kekuasaan dan tanggung jawab ini di dunia saat ini menekankan relevansi frasa “dengan kekuatan besar muncul tanggung jawab besar” bukan hanya sebagai pedoman moral tetapi sebagai kerangka kerja praktis untuk menavigasi kompleksitas masyarakat modern. Baik dalam politik, bisnis, atau media sosial, cara kekuatan digunakan dapat mengangkat atau membahayakan. Sudah waktunya bagi mereka yang memiliki pengaruh untuk mengingat bahwa ukuran sebenarnya dari kekuatan mereka tidak terletak pada akumulasi, tetapi dalam penggunaan yang bertanggung jawab.